SEKALI, BEBERAPAKALI, SERINGKALI, BERKALI-KALI (Musasena PMR 202 dalam YPC 2015)
Remaja adalah
usia dimana manusia menginjak masa yang serba tanggung dan masa dimana remaja mampu memilah dan mengolah
kecerdasan. Menurut Zakiah
Derajat, “Remaja adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa artinya meninggalkan masa
kanak-kanak menuju dewasa”. Ibarat lagu anak-anak
adalah intronya, remaja pembukaan dan reffnya
adalah kedewasaan. Jadi untuk menuju reff atau
klimaks perlu memilih nada yang indah guna membantu keindahan reff lagu dengan pola kecerdasan yang tentu bisa
berada pada nada yang tepat. Jadi remaja adalah masa dimana kecerdasan harus terolah dengan baik.
Mengukur tingkat kecerdasan
tidaklah rumit juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya remaja harus mampu mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, selain itu remaja yang mesti cerdas menempatkan sesuatu pada tempatnya. Cerdas adalah mengetahui baik dan buruk, tapi apakah
setelah itu remaja mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya?. Kita lihat
beberapa contoh kasus. Seorang remaja berbicara kepada orang tua dengan gaya
bahasa yang sama dengan teman sebayanya. “mdd. Mama, minta duleangmue” atau “cepat-cepat saiko pak?”menurut
orang Makassar
&
Bugis,
dengan pemilahan kata KO dan MU sangatlah tidak tepat
jika kita berbicara dengan orang tua, akan lebih akrab jika itu kita tempatkan pada seseorang
yang tepat itulah teman sebaya kita. Untuk itulah remaja mesti membangun dirinya dengan menggali
potensi yang ada, dengan cara giat mengasah kemampuannya dan memperoleh pengetahuan dan informasi dari
luar.
Seorang
remaja seharusnya
sudah
dapat menentukan pilihannya sendiri. Meski begitu, remaja juga belum memiliki
pemikiran dewasa yang tahu lebih banyak asam garam dunia, Selain itu remaja kerap dikatakan masa dimana rasa ingin tahu, rasa ingin memiliki dan idealisme yang tinggi. Hal itulah menyebabkan banyak remaja yang salah
mengambil sikap.
Remaja-remaja yang seharusnya memiliki pribadi yang luhur justru melakukan
hal-hal merugikan bagi hidupnya maupun orang lain. Karena banyak yang tidak
mengetahui sebab akibat dari rasa ingin tahu,rasa ingin memiliki dan idealisme.
Rasa ingin tahu, ingin tahu bagaimana itu rokok,
miras, obat-obatan terlarang,
balapan liar dan masih banyak lagi. Ingin memiliki apa
yang belum dimiliki bahkan ingin memiliki barang yang diluar dari batas
kemampuannya untuk membeli. Dan terakhir, idealisme. Dimana remaja saat ini
dirusak oleh doktrin film yang kurang mendidik atau sosial media yang terlalu
transparan, fulgar bahkan sadis.
Rasa
ingin tahu yang semula bersifat wajar semakin tidak terkendali karena rasa
ingin tahu kemudian berevolusi menjadi rasa ingin coba-coba kemudian ingin memiliki setelah itu muncullah beberapa
sikap diluar kewajaran yang menjadi pilihan dalam bertindak. sebutlah ia merokok,
minum miras, dan mengkomsumsi obat terlarang,
sekali, berulangkali sampai berkali-kali. Beberapa alasan semua
itu terjadi adalah merokok dianggap lebih maskulin,lebih maco, keren jika minum miras,
gaul jika mengkomsumsi obat,
hebat jika ugal-ugalan. Sayang...!
Kali ini mari kita coba membuat perjalanan masalah.”merokok di upgrade dikit boleh, mari
coba minum bir,
ballo. Wah segelas bikin badan rileks dua gelas bikin
percaya diri tembak cewe,
satu botol habis, ta’gantung rasanya. Minta uang sama
teman buat tambah sebotol lagi,
eh malah
tidak dikasi,
bikin emosi, dipaksa saja, kalau tidak mau, gertak!!!,gertak tidak ampuh selesaikan
dengan memukul,
pukulan belum berpengaruh akhiri dengan merampas setelah
itu kabur. Ya namanya juga kabur mesti tancap gas sekencang-kencangnya”. Hal ini terjadi sekali,
berulangkali, berkali-kali nah barangkali inimi yang kronologisnya GENK MOTOR SANG PERESAH MASYARAKAT.
Lebih sayangnya lagi, hal itu kerap terjadi di daerah sekitar kita makassar
tercinta, dan lebih disayangkan pula pelakunya dominan adalah usia remaja. Sungguh
ini merupakan aksi kenakalan remaja yang menyimpang dikalangan masyarakat khususnya
masyarakat di makassar.
Ya…
Genk
motor atau yang biasa di kenal dengan begal, belakangan ini semakin
menjadi-jadi. Geng motor nekat melakukan aksi brutal seperti membunuh atau
memperkosa korban. Sampai saat ini, korban aksi geng motor atau begal ini sudah
mencapai ratusan korban. Bagaimana tidak? Selain menggunakan senjata tajam
mereka juga menggunakan “busur” (berbentuk anak panahan) yang biasa di isi
dengan racun. Hal ini membuat masyarakat kota Makassar merasa resah. Sekitar jam
sepuluh malam masyarakat sudah tidak berani lagi untuk keluar dari rumah. Nah…
kita kembali ke pokok masalah, masalah geng motor berawal dari moral diri kita
sediri.
Kita
yang memutuskan untuk mengikuti langkah tersebut atau tidak. Kita juga yang
dapat memilih jalan dari hidup kita, dengan usaha dan kerja kita. Tapi menurut kami terkadang banyak orang
yang memandang remeh pendidikan moral sehingga bebas memilih teman tanpa mempertimbangkan moral
dari teman tersebut. Kurangnya pendidikan moral-lah yang bisa mengakibatkan pergaulan bebas dan pergaulan bebaslah yang banyak memicu aksi-aksi
kenakalan remaja seperti beberapa kasus diatas. Pergaulan
bebas yang didukung oleh perkembangan zaman, bisa dikatakan sudah tidak ada
batasnya lagi, dapat memicu berbagai hal
yang dapat merugikan masyarakat maupun diri
senidiri.
Beberapa kasus diatas itu terjadi karena kurangnya
pendidikan moral, dan dalam pendidikan moral betul-betul dicanangkan berbagai
macam olahan untuk mengolah pikir atau kecerdasan intelegensi, emosional dan
spritual. Jika tidak maka kedepan besar kemungkinan banyak perilaku-perilaku
penyimpangan yang terjadi akibat pergaulan bebas. jika seandainya pergaulan
bebas adalah sebuah negara, maka pergaulan bebas adalah provinsinya minuman
beralkohol, rokok, obat-obatan terlarang, judi, balapan liar dan lainnya adalah kabupatennya dan
desa-desanya adalah mabuk, seks bebas, pengidap HIV/ AIDS, begal, merampok, memperkosa, membunuh dan masih banyak lagi. Tentu rumah-rumahnya
adalah rumah sakit, penjara, dan kuburan.
Setiap
tindakan penyimpangan sosial ini saling berkaitan. Lantas, bagaimana kita
menanggulangi permasalahan ini?. Tentunya kita tidak mau generasi-generasi
penerus bangsa yang seharusnya mencurahkan segala pikiran dan tenaganya untuk
bangsa dan agama justru terjerumus ke jalan yang salah dan menghancurkan masa
depannya sendiri. Tentunya dalam hal ini semua pihak harus ikut terlibat dalam
mencegah rusaknya generasi penerus bangsa.
Pertama-tama,
mari kita mulai dari diri sendiri. Dalam pandangan remaja, kita harus membangun
diri dengan ilmu pengetahuan, mengasah potentsi dan menumbuhkan rasa empati
dalam bersosialisasi. Karena hal itulah yang akan menuntun kita menjadi pribadi
yang baik dan berguna bagi orang banyak. Dalam proses itu, kita harus belajar
mengetahui mana yang salah dan mana yang benar. Dan berusaha yang terbaik untuk
mewujudkan mimpi yang kita miliki.
Apabila
dalam proses itu kita mengalami kegagalan, kita tidak boleh berputus asa dan
menyerah begitu cepat. Banyak orang ketika mengalami kegagalan akan menyalahkan
takdir dan keadaan. Kemudian merasa kecewa dan berbalik arah melampiaskan
depresi dengan melakukan hal-hal merugikan.Maka dari situlah awal kegagalan
yang sesungguhnya. Kita tentu tidak mau gagal dengan cara seperti itu. Jadi
mari kita perkuat iman dan kesungguhan hati kita. Agar dalam setiap usaha kita
bisa menjalani lika likunya entah itu merupakan keberhasilan maupun kegagalan. Setiap
remaja harus menanamkan rasa syukur terhadap hidup yang telah dimilikinya dan
bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kehidupan yang telah dimilikinya. Dari
sinilah akan lahir remaja-remaja sehat yang tidak hanya menyayangi fisik tapi
juga jiwa dan pikirannya agar tidak terjerumus dalam penyimpangan sosial.
Kemudian
tidak hanya remaja itu sendiri, berbagai pihak pun harus turun tangan untuk
menyelamatkan remaja sebagai penerus bangsa. Antara lain keluarga. Lingkungan
inilah yang akan sangat berpengaruh dalam pendidikan moral seorang remaja.
Keluarga hendaknya menanamkan nilai-nilai moral yang baik sejak dini pada
anak-anaknya. Dan tidak membiarkan remaja yang masih berada dalam masa yang
labil melakukan hal sebebas-bebasnya.Orang tua
harus mengontrol bagaimana perilaku anaknya tanpa harus bersikap otoriter. Jadi
anak bisa tetap memperoleh pengetahuan positif dari luar, namun mampu
mengendalikan diri untuk tidak terjebak hal negatif dari luar.
Lalu
beralih ke sekolah, yang merupakan tempat kedua terdekat bagi remaja setelah
rumah. Disinilah remaja mendapat ilmu akademis untuk kemampuan berpikirnya dan
belajar bersosialisasi. Sosialisasi di sekolah akan sangat berpengaruh terhadap
pendidikan moralnya. Sekolah menjadi tempat latihan bagi remaja sebelum terjun
ke dunia masyarakat, karena itulah guru tidak boleh hanya sekedar mengajar
pelajaran akademis. Namun juga harus mendidik siswa-siswanya dalam beretika dan
bermoral. Satu hal yang menarik, pada kurikulum 1975 terdapat mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila yang sekarang telah berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Pelajaran ini lebih memfokuskan pada pendidikan nilai moral
untuk siswa yang berlandaskan Pancasila. Kelebihan nyata dari mata pelajaran
ini ialah memberi pengetahuan mendalam mengenai moral dalam kehidupan
sehari-hari dari pada sekedar teori kenegaraan dan politik belaka. selain guru, wali kelas, BK dan semua aktivis di sekolah, pula pendidikan ekstrakulikuler seperti OSIS, Palang Merah Remaja, Paskibraka, Pramuka dan beberapa lembaga siswa juga berperan penting
dalam penanaman pendidikan moral dan seni mengolah kecerdasan remaja.
Kemudian
pihak yang juga terlibat dalam perkembangan remaja ialah masyarakat dan
pemerintahan. Ketika remaja terlibat suatu kasus kenakalan remaja sebagai tersangka,
pemerintah harus memerhatikannya secara serius. Yaitu selain memberi hukuman
agar menimbulkan efek jera, juga melakukan rehabilitasi agar remaja yang
terlibat kasus menyadari kesalahan yang ia lakukan dan tidak mengulanginya.
Masyarakat luar dan pemerintah harus selalu memantau dan membimbing
remaja-remaja yang sedang dalam masa penggalian potensi senantiasa berada dalam jalur yang benar
karena dari kerja sama berbagai pihaklah yang akan mengikis sedikit demi
sedikit permasalahan remaja yang begitu menyeramkan bagi masa depan berbangsa
dan bernegara.
No comments:
Post a Comment